Sabtu, 01 Oktober 2011

Seluk Beluk Penyakit Skizofrenia

Seluk Beluk Penyakit Skizofrenia

Benturan di kepala rentan menyebabkan dengungan di telinga dan berpeluang menjadi awal dari skizofrenia. Jadi, hati – hatilah bagi Anda yang mungkin pernah mengalami benturan di bagian terpenting tubuh kita ini. Jika suara dengung terasa memanjang di telinga, dan menyebabkan halusinasi pada suara – suara yang menakutkan, jangan sungkan berobat ke dokter. Sebenarnya, skizofrenia tidak mesti diawali dari benturan di kepala, namun, dengungan di telingalah.

Pada prinsipnya, otak tidak boleh mengalami cedera, karena tidak dapat dicangkok laiknya jantung. Di otak, secara sederhana isinya hanya dua, yaitu, sel saraf yang jumlahnya trilliunan, dan zat kimia atau di dunia permedisan disebut dengan neurotransmitter. Nah, otak berfungsi dengan baik apabila sel saraf dan neurotransmitter dalam keadaan baik.


Skizofrenia adalah gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter. Gangguan ini bersifat kambuhan dan kronis atau panjang. Kombinasi faktor – faktor kekecewaan mendalam, trauma psikis dalam kehidupan bisa juga menjadi penyebab Skizofrenia.

Stres pun bisa menjadi pencetus gangguan jiwa yang satu ini, akumulasi stres ditambah ketidakmampuan mengelolanya dapat membuat seseorang berpeluang menderita skizofrenia. Stres berat bisa mengubah keseimbangan neurotransmitter di otak. Hal lain yang dapat mengubah keseimbangan neurotransmitter adalah penggunaan narkoba dalam jangka panjang.

Pada umumnya, para penderita skizofrenia mengalami gejala halusinasi. Mereka mendengar sesuatu walaupun tidak ada sumber suara yang mungkin terdengar orang normal. Hal ini berkaitan erat dengan kelebihan neurotransmitter di suatu area otak tertentu. Kemudian, penderita skizofrenia mengalami penumpulan persaan, seperti sedih tidak nampak, senang juga tidak kelihatan. Lama kelamaan, penderita menarik diri dari pergaulan, bahkan mengurung diri di kamar, bagai kehilangan semangat hidup.

Menurut catatan, di Indonesia, ada sekitar 2 juta orang mengalami skizofrenia, dan 150 ribu di antaranya telah berkonsultasi ke dokter. Penyakit ini, timbul pertama kali di antara masa dewasa – muda, atau pada awal 20 – 30-an. Menurut para dokter, orang yang baru didiagnosis mengidap penyakit ini, tak mudah mengakuinya. Secara tidak langsung, mereka tidak mau berobat yang sebenarnya, obat itu untuk memperbaiki ketidakseimbangan neurotransmitter.

Hal lain yang membuat tidak adanya keinginan berobat adalah stigma dalam masyarakat yang melenceng jauh dari pengertian sebenarnya. Banyak kasus yang menganggap ODS ( Orang Dengan Skizofrenia ) diganggu makhluk halus dan kemudian membawa mereka ke orang pintar (paranormal). Saat ini, ada paradigma baru dalam pengobatan ODS, kalau dahulu, belum ada pengendalian gejala. Sekarang, tidak hanya pengendalian gejala, namun juga mencegah kekambuhan dan mengendalikan fungsi otak.

Obat ODS terbagi 2, yaitu oral dan injeksi. Untuk obat injeksi generasi baru ( Risperidone long acting injection ), umumnya diberikan setiap dua minggu sekali, harganya mencapai Rp 800 ribuan. Sedangkan untuk obat injeksi versi lama ( Haloperidol Decanoate ), pemberian dilakukan setiap 4 minggu sekali, dengan harga Rp 100 ribuan. Sementara itu, obat oral, yakni paliperidone, wajib diminum sekali sehari, di pasaran, harganya Rp 50 ribuan.

Namun sayangnya, kebanyakan pasien yang tidak patuh mengkonsumsi obat sehingga kepulihannya hanya sebagian atau tidak menyeluruh. Padahal, semakin banyak pasien tidak patuh, akan beresiko mengalami kekambuhan yang berulang. Dari situ, bisa terjadi kerusakan sel saraf berkelanjutan. Pada akhirnya, waktu yang dibutuhkan untuk untuk perbaikan gejala semakin panjang dan sulit. Obatnya bakal semakin banyak dan dosisnya meningkat. Dukungan dan motivasi penuh dari keluarga, teman benar – benar dibutuhkan untuk kontinuitas pengobatan dan tentunya kesembuhan para ODS.

Faktor Utama Penyebab Skizofrenia :

Para ahli belum tahu pasti penyebab skizofrenia, namun, kombinasi berbagai faktor berpotensi memicu penyakit ini.

1. Genetik

Studi terkini menemukan bahwa faktor gen memperbesar resiko skizofrenia. Sama halnya dengan penyakit diabetes dan kanker, gen hanya membawa kemungkina, dan bukan penyebab utama skizofrenia.

2. Kondisi Prakelahiran

Infeksi yang terjadi pada masa awal perkembangan otak janin berpotensi meningkatkan resiko skizofrenia pada masa mendatang.

3. Lingkungan Sosial

Hidup di kota berpotensi memicu skizofrenia, seperti kemiskinan, diskriminasi rasial, stres dalam pekerjaan, pengangguran, trauma psikis atau pengalaman kekerasan, dan hubungan keluarga yang tidak harmonis.

4. Penggunaan Narkoba

Hampir setengah pasien skizofrenia adalah pengguna narkoba dan alkohol. Namun, hingga kini belum dapat dibuktikan keterkaitan atas hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar