Selasa, 09 November 2010

Laju Inflasi, rupiah terkoreksi

JAKARTA (Bisnis.com): Laju inflasi April 2010 lebih tinggi dari perkiraan, mata uang rupiah langsung terdepresiasi untuk pertama kali sejak 3 hari.

Koreksi rupiah juga seiring dengan melemahnya mata uang di kawasan Asia dan indeks saham.

Badan Pusat Statistik mengumumkan laju inflasi April naik 3,91% dibandingkan April tahun lalu. 

Sejumlah analis dan ekonom yang disurvey Bloomberg memperkirakan inflasi setahun sebesar 3,72%. Laju inflasi pada Maret 2010 dibandingkan dengan Maret 2009 sebesar 3,43%.

Inflasi perbulan, yakni April terhadap Maret 2010 naik 0,15%, sementara pada bulan sebelumnya turun 0,14%.

Rupiah pada Senin sore pukul 16.00 WIB terdepresiasi 0,2% atau 17 poin menjadi Rp9.027 per dolar AS.

Head of Treasury Bank OCBC NISP Suriyanto Chang mengatakan pergerakan rupiah masih berada di rentang 9.020-9.050 dengan support kuat di level 9.000. Hal ini seiring dengan keputusan Bank Indonesia yang menjaga ketat pada level tersebut.

Selain itu, lanjut Suriyanto, sejumlah analis memprediksi tingkat inflasi April berada di level 3,72% per tahun dari sebelumnya 3,43%, dengan inflasi perbulan mendekati 0%.

Lebih tingginya inflasi dari perkiraan mampu menekan rupiah. Selain karena lebih tingginya laju inflasi bulan April, rupiah turut tertekan seiring koreksi di bursa saham yakni indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 0,29% atau 8,73 poin menjadi 2.962,52.

Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar juga terpangkas untuk kedua harinya dan Indeks MSCI Asia-Pacific juga turun 0,7%, penurunan keempat kalinya dalam lima hari setelah Bank of China menaikkan rasio kecukupan modal perbankan untuk ketiga kalinya dalam tahun ini.

“China menambah ketidakpastian karena pasar masih bingun jika memang diperlukan pencegahan akan terjadinya bubble, khususnya untuk sektor properti. Mereka harus melakukan sesuatu jika mereka ingin melakukan revaluasi yuan,” kata Yeo Chin Tiong, head of treasury  OSK Investment Bank Bhd di Kuala Lumpur seperti dikutip Bloomberg. (wiw)

Infasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Laju Inflasi Indonesia 2009 terendah dalam sejarah

Jakarta– Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi sepanjang tahun 2009 mencapai 2,78% jauh di bawah target. Pada Desember, inflasi hanya sebesar 0,33 persen.
“Ini seperti perkiraan kami, inflasi di bawah 3 persen akan terjadi,” ujar Kepala BPS, Rusman Heriawan di Jakarta, Senin (4/1).
Inflasi sebesar 2,78 persen tercatat sebagai inflasi terendah sepanjang sejarah Indonesia. Selama ini, inflasi Indonesia cenderung di atas 5 persen.
Angka ini jauh dari perkiraan pemerintah dan bank Indonesia. Di indikator makro APBN 2009, pemerintah memperkirakan inflasi sepanjang tahun itu sebesar 5 persen. Sedangkan, BI memperkirakan inflasi sebesar 5 persen plus minus 1 persen.
Rusman menjelaskan laju inflasi yang rendah sepanjang 2009 disebabkan oleh terjadinya deflasi pada barang-barang yang harganya ditetapkan oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak dan listrik. Untuk harga barang yang ditetapkan pemerintah malah terjadi deflasi minus 3,26 persen.
“Sepanjang 2009 tidak ada kebijakan kenaikan harga, malahan harganya turun,” kata Rusman.
Ini berbeda dengan harga barang komoditas yang berada di luar kendali pemerintah. Menurut dia, harga komoditas itu bergejolak sehingga menimbulkan inflasi 3,95 persen.

Laju Inflasi Indonesia 2010

JAKARTA Laju inflasi Indonesia pada tahun ini berpotensi menembus 6,5% karena terpicu lonjakan harga komoditas dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL).Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) Chatib Basri mengonfirmasikan dalam 2 bulan pertama tahun ini laju inflasi sebenarnya sudah cukup tinggi. Dia melihat ada kecenderungan terus berlanjut dengan kisaran 6% sepanjang tahun.
Hal ini terkait dengan rencana penaikan TDL pada Juli yang diyakini memengaruhi harga barang, sehingga target inflasi pemerintah yang dipatok 5,5% sulit tercapai."Tapi kalau commodity price naik tinggi sekali, maka bisa pressure (inflasi) mendekati 7%. Tapi saya kira pada kisaran 6%-6,5%,"jelasnya dalam acara The JO" Annual Citi Indonesia Economic and Political Outlook 2010 kemarin.Namun, Chatib menilai hal ter-ebut bukan masalah besar mengingat sejarah inflasi Indonesia biasanya berada di kisaran yang lebih tinggi, yakni 8%-9%, kecuali Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter ketat. Kebijakan itu dapat mengurangi tekanan inflasi ke level 5,5% seperti yang diharapkan.
"Dugaan saya BI akan coba pertahankan BI Rate di kisaran 6,5%, tapi tentunya akan sangat bergantung pada tren inflasi. Makanya, pengelolaan ekspektasi inflasi menjadi sangat penting," tuturnya.Selain itu, lanjut dia, tekanan inflasi bisa terjadi karena terpengaruh pergerakan harga minyak dunia. Namun, imbuhnya, kompensasi penurunan juga bisa terjadi jika apresiasi rupiah terhadap dolar AS berlanjut terus.Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kesempatan yang sama mengakui laju inflasi dapat lebih tinggi dari 6%. Sementara itu, dia mengatakan perlunya mewaspadai dinamika ekonomi global dan regional, termasuk rencana penerapan kebijakan keluar dari krisis (exit strategy).
Menkeu memperkirakan banyak negara di dunia pada semester 11/2010 akan mengambil kebijakan itu sehingga membuat kapasitas APBN mereka berpotensi mengalami pembengkakan defisit anggaran.Sementara itu, dari sisi regional, dia memperingatkan stabilitas nilai tukar juga akan diuji mengingat tengah terjadi pertarungan antara dolar AS dengan renminbi China. Kedua jenis mata uang itu dinilai sedang mencari keseimbangan baru yang akan memberikan dampak ke global dan regional, termasuk ke Indonesia.
Kenaikan TDL
Dalam acara terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) melihat rencana pemerintah menaikkan TDL sebesar 15% pada Juli akan memberi tekanan inflasi tahunan 2009 sebesar 0,36%.Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan kenaikan TDL akan memberikan dampak inflasi langsung sekitar 2,4% yang jika dikalikan dengan besaran persentase kenaikannya (15%). Jadi, total tekanan inflasinya akan 0,36%.Namun, Rusman berharap dampak tak langsung dari efek ganda ekonomi akibat kenaikan TDL tidak menjadi liar. Pasalnya, kata dia, tidak semua sektor usaha memiliki komponen energi tinggi, sehingga seharusnya kenaikan TDL tidak direspons dengan kenaikan harga barang dan jasa secara besar-besaran.
Di satu sisi, dia mengisyaratkan ada potensi deflasi pada bulan ini seiring masuknya musim panen raya yang memicu penurunan harga sebagian besar ba-han pokok yang mendorong inflasi tinggi.Dia menginformasikan kecenderungan penurunan harga ba-han pokok dalam pekan pertama bulan ini. Meski belum kembali ke posisi harga pada tahun lalu, peluang terjadinya deflasi secara umum sangat terbuka jika tren itu berlangsung pada pekan terakhir Maret

Laju Inflasi di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia

TEMPO Interaktif, Jakarta - Laju inflasi Indonesia lebih rendah ketimbang negara-negara tetangga sejak petengahan 2009. Solidnya pengaturan harga energi dan stabilnya nilai tukar rupiah menjadi faktor penekan laju inflasi.

Demikian yang dikemukakan Lead Economist World Bank’s Jakarta Shubham Chaudri dalam seminar bertajuk “Indonesian Economic Quarterly Report” yang digelar di Gedung Energy, Jakarta, pekan lalu. Namun, ia tidak membeberkan rincian tingkat laju inflasi, dan negara tetangga mana yang memiliki laju lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Menurut Shubham, solidnya pengaturan harga energi yang diberlakukan oleh pemerintah mnjadikan harga konsumen tidak terpengaruh oleh melambungnya harga energi dunia pada awal 2009. Faktor pemulihan nilai tukar rupiah yang relatif stabil turut berandil besar dalam menekan laju inflasi.

Namun, Shubham juga menjabarkan beberapa faktor yang berpotensi akan melambungkan inflasi Indonesia menjelang 2011. “Naiknya harga komoditas yang disebabkan oleh tingginya demand, nampaknya akan menjadi penyebab utama,” ujar Shubham, seperti yang dikutip laman resmi Kementerian Keuangan.

Faktor lain yang turut mendorong laju inflasi yaitu naiknya tarif dasar listrik sebesar 10 persen. Pemerintah berencana memberlakukan tarif dasar listrik yang baru mulai Juli mendatang.

Sebelumnya, Bank Dunia kembali menaikkan proyeksinya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Terakhir, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,6 persen. Sekarang Bank Dunia merevisi menjadi 5,9 persen, lebih tinggi daripada target pemerintah sebesar 5,8 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia Shubham Chaudhuri memperkirakan, tingkat pertumbuhan tahunan (year on year) pada kuartal kedua tahun ini akan meningkat hingga 6 persen dan akan mendekati 6,5 persen pada triwulan akhir.

"Percepatan demikian akan mengembangkan keseluruhan ekonomi Indonesia sebesar 5,9 persen," kata Chaudhuri. Adapun tahun depan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan akan lebih besar lagi sekitar 6,2 persen.

Konsumsi menjadi faktor penyumbang terbesar pertumbuhan. Pertumbuhan konsumsi sektor swasta diperkirakan 5,1 persen. Indikasi kenaikan konsumsi ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan sepeda motor dan kendaraan bermotor yang meningkat memasuki triwulan kedua 2010. Pada April saja penjualan sepeda motor naik, mencapai 70 persen dibanding tahun lalu.

Tingginya permintaan dalam negeri menyebabkan industri di sektor-sektor yang menekankan pemenuhan kebutuhan dalam negeri akan lebih baik dibanding sektor yang menekankan ekspor. "Telekomunikasi, transportasi, jasa, dan sebagainya akan tumbuh baik dibandingkan dengan sektor manufaktur yang mengandalkan pasar luar negeri," ujarnya.

Ia menambahkan, peningkatan investasi yang tengah terjadi juga diperkirakan akan mendorong peningkatan ekonomi. Sejak kuartal ketiga 2009 hingga kuartal pertama 2010, belanja investasi meningkat 7,9 persen.

Ekonom CIMB Niaga Winang Budoyo bahkan lebih optimistis pertumbuhan 2010 bisa mencapai 6,1 persen. Faktor konsumsi menjadi penyumbang utama. Selain itu, tingkat ekspor dan investasi membaik dibanding tahun sebelumnya.